Mengapa Kita Perlu Menulis?

            Pertama, dengan menulislah Allah mengajari kita manusia, ”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.  Menciptakan menusia dari segumpal darah.  Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”  (QS. Al-Alaq: 1-5)

            Kedua, Allah menetapkan peristiwa dengan tertulis di dalam Lauh Mahfuzh. “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” (QS. Al-Qalam:1)

Di dalam sebuah hadis disebutkan: “Pertama kali yang diciptakan oleh Allah adalah pena. Kemudian Dia berfirman kepada pena: “Tulislah!” Pena menjawab: “Apa yang harus aku tulis.’ Allah berfirman: “Tulislah segala yang telah ditakdirkan.” Maka berlakulah apa yang akan terjadi sejak hari itu hingga hari Kiamat.(HR. Ibnu Jarir)

            Ketiga, sebagai cara mengikat ilmu. Ikatlah ilmu dengan menulis dan ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur.

            Keempat, mensyukuri nikmat Allah dengan mencatat sedemikian banyak hal-hal maupun peristiwa yang begitu berharga.

 

Tujuan Menulis

  1. Berkomunikasi dengan banyak orang
  2. Merefleksikan pengetahuan maupun kecendikaan kita.
  3. Menawarkan ide maupun gagasan agar diketahui, direspon, dan akhirnya bermanfaat.
  4. Terapi diri dan penghilang stress, dengan mengungkap apapun yang mengganjal di dalam pikiran dan hati kita.
  5. Menolong orang lain, dengan ide, gagasan, hasil perenungan, dan berbagi pengetahuan dengan banyak orang.
  6. Media memperjuangkan idealisme dengan menggugah maupun menggerakkan orang melalui karya tulis.
 

Agar Kita Bisa Menulis

            Pertama yang menjadikan kita bisa menulis adalah keberanian memulai. Jadi tidak cukup hanya dengan ingin, ingin, dan ingin. Sebaliknya, mulai menulis, kemudian menulis, menulis, dan menulis.

 

Penunjang-penunjang Dalam Menulis

  1. Suka membaca
  2. Mencintai bahasa
  3. Menulis catatan harian
  4. Korespondensi
  5. Berlatih deskripsi dan imajinasi
  6. Hobi meneliti dan berdiskusi
  7. Publikasi karya
 

Hambatan-hambatan Memulai Menulis

  1. Tiadanya kemauan, ini penghambat utama menulis.
  2. Takut jelek, ini penghambat seseorang untuk memulai.
  3. Malu, ini penghambat untuk meningkatkan kualitas tulisan.
  4. Merasa tidak punya ide.
 

Memulai Menulis

  1. Tidak malu dan menyingkirkan segala fikiran-fikiran yang mengganggu.
  2. Menulis yang menurut paling enak dan paling mudah; pengalaman pribadi atau apapun yang dirasakan.
  3. Sering-seringlah membaca, misalnya membaca karya seorang penulis yang sudah ternama.
  4. Menulis dengan hati yang jujur sesuai dengan gaya sendiri, agar tulisan  mempunyai ciri tersendiri.
  5. Jangan terbebani oleh tulisan orang lain, apalagi yang sudah terkenal.
  6. Memberi nyawa pada tulisan.
 

Menghilangkan Beban Menulis

  1. Tidak direpotkan rencana tentang tulisan. Bukan tidak perlu, tetapi tidak harus.
  2. Tidak terbebani hasil akhir tulisan, karena akan menjadikan kita takut.
  3. Tuliskan apa yang terlintas
  4. Susun yang terlintas, meski tidak sesuai alur yang direncanakan
  5. Cek ulang! Jika sesuai rencana, teruskan. Jika tidak, anda sudah punya stok tulisan. Tinggal buat tulisan baru sesuai rencana semula.
 

Cara Penyajian Awal Tulisan

1. Mulailah dengan dialog

            “Aku mencintaimu, wahai Rasulullah, melebihi cintaku pada semua yang lain, kecuali diriku sendiri.” Begitu Umar Bin Khattab berkata pada Rasulullah saw. la hendak menyatakan cintanya pada Sang Rasul. Dengan caranya sendiri.

Tapi ia tidak menduga kalau jawaban Sang Rasul justru berbeda sama sekali. “Tidak! Wahai Umar! Sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri,” jawab Rasulullah saw. (Anis Matta, Cinta itu Punya Hirarki)

 

2. Mulailah dengan deskripsi tokoh

”Memang gagah laki-laki itu. Tinggi, besar, ganteng dan seorang pemberani. Ia senang berburu. Dan ia memanjakan kegemaran pribadinya itu sejauh yang bisa ia lakukan. Maka ia pun berburu ke seluruh tempat perburuan di manca negara: Afrika, Amerika, Kanada, Asia Tengah, Eropa Timur, dan lainnya. Meskipun untuk setiap kali berburu ia harus mengeluarkan uang ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah.” (Anis Matta, Cinta dari Maslahat Pribadi)

 

3. Mulailah dengan berita di koran, televisi, atau media berita lainnya.

            ”Jelang bulan suci Ramadhan sekitar tanggal 11 Agustus mendatang Menteri Komunikasi dan Informatikan, Tifatul Sembiring menegaskan situs dan halaman porno akan diblokir.

            Demikianlah yang dimuat dalam sebuah harian lokal. Di tengah keprihatinan kita dengan semakin diminatinya situs porno, ini tentu kebijakan yang benar-benar ditunggu implementasinya. Tidak saja di bulan Ramadhan, tetapi juga di bulan-bulan yang lain.”

 

4. Mulailah dengan adegan

            “Semburat merah padam di wajah putih Karina memancarkan kejengkelan tertahan. Bibirnya yang yang mengatup menyembunyikan gemeretak gerahamnya yang menahan geram. Meskipun tidak mengurangi paras cantiknya, tetap saja hawa amarah menjadikan wajahnya kurang enak dipandang.” (Jon Hariyadi, Novel Penantian di Ujung Istikharah)

 

5. Mulailah dengan setting tempat

            Rona merah sang mentari yang siap terbit telah menyingkap cadar fajar. Sebentar lagi raja siang itu akan menerangi setiap relung kota Batu dengan sinar paginya. Akan terhamparlah pesona kota wisata penghasil apel khas Batu yang terkenal di dunia itu.

Anugerah Sang Pencipta demikian melimpah kepada kota ini. Alamnya berpanorama pegunungan sangat lekat dengan hawanya yang sejuk nyaman. Hasil buminya, sayur mayur dan buah juga  melimpah. Segala sisi keindahannya menarik hati wisatawan asing maupun domestik. Hal itu akan berbanding lurus dengan berduyunnya investor untuk menanamkan modalnya di kota ini.